Abad 21 merupakan abad dimana zaman sudah mendapat banyak pengaruh yang kemudian mengubah gaya hidup. Kebutuhan-kebutuhan baru dan beragam mulai banyak diperhatikan atau tepatnya gaya hidup konsumtif sudah dirasa sangat umum. Kita juga dapat memperhatikan perubahan di abad 21 ini dari kaca pendidikan. Menurut Winzer dan Mazurek (1998), kegagalan yang tinggi, dan tingkat putus sekolah di kalangan siswa dari latar belakang budaya yang beragam menjadi beberapa yang terlihat dan terjadi di abad 21 ini.
Dalam buku karya Margert Winzer yang berjudul "Special Education In The 21st Century" diceritakan tentang penyampaian pendidikan dan kualitas di sekolah-sekolah kontemporer yang saat ini sangat dikhawatirkan. Reformasi pendidikan harus dilaksanakan. Reformasi pendidikan sangat perlu dilakukan. Selain reformasi pendidikan, peran orang tua juga harus diperhatikan. Goertz dan Friedman (1996) berpendapat bahwa reformasi pendidikan secara umum difokuskan pada enam kebijakan, yaitu standar, penilaian, akuntabilitas, tata kelola, guru, dan keuangan.
Sekolah inklusi merupakan salah satu jalan keluar dari permasalahan-permasalahan yang muncul di abad 21 ini. Reformasi sekolah inklusi ini muncul karena adanya ketidakadilan berdasarkan keragaman karakteristik siswa yang menekankan pembelajaran khusus, misalnya anak-anak cacat, putus sekolah, dan siswa kurang beruntung. Dengan adanya sekolah inklusi, pendidikan akan menjadi alat perangkul keragaman dan menangani tuntutan sosial dalam pendidikan. Sekolah inklusi berlaku untuk bidang budaya, sosial, bahasa, ras, jenis kelamin, mental, dan perbedaan fisik. Laski (1991) berpendapat bahwa semua anak dengan masalah belajar dianggap sebagai kurang beruntung di sekolah. Walaupun begitu, mereka termasuk dalam lingkungan kelas reguler.
Saat ini, dalam menanggapi tantangan di abad 21, sekolah inklusi mencoba berperan agar sesuai dalam konteks pendidikan yang lebih luas. Sekolah inklusi membahas bagaimana kita, orang yang mampu dan orang-orang cacat, akan hidup bersama. Akhir yang diinginkan dari sekolah inklusi itu adalah terciptanya keadilan sosial dan demokrasi masyarakat, terutama sebagai pertimbangan nilai, dan sebagai masalah etika.
Sekolah inklusif adalah paradigma bergeser. Inklusi berarti bahwa paradigma menyediakan kerangka kerja untuk mengajar harus berubah. Namun banyak guru menolak tuntutan bahwa semua guru harus siap untuk mengajar semua anak. Mereka membantah bahwa inklusi dapat digunakan sebagai template yang universal untuk memberikan satu-satunya solusi untuk berbagai tantangan yang dihadapi oleh anak-anak dengan kebutuhan khusus.
Dalam buku yang berjudul "Lifelong Learning in Action" karya Norman Longworth, dijabarkan mengenai harus adanya peran guru. Guru harus memiliki keterampilan yang lebih dalam hal ilmu pengetahuan. Saat ini guru memiliki banyak tugas penting, utamanya adalah memperoleh dan menggunakan alat, teknik, dan sumber daya untuk mempertahankan dan meningkatkan minat belajar peserta didik.
Buku yang dieditori oleh Gill Ferrel yang berjudul "When Worlds Collide" menjelaskan mengenai cara menghadapi abad 21 dalam bidang pendidikan yaitu kita sebagai guru ataupun calon guru harus mengubah metode pengajaran. Guru harus memberikan pelayanan sebaik mungkin untuk siswa, bukan hanya berupa dukungan.
Jadi, bagi kalian sebagai guru ataupun calon guru perlu banyak mengetahui tentang kehidupan di abad 21 beserta tantangannya. Salah satu caranya adalah dengan membaca. Membaca merupakan jendela dunia. Jadi, jangan malas membaca ya :)
0 komentar:
Posting Komentar